Selasa, 04 Desember 2012

Psikologis Kerja (K3)



Aspek – aspek individu secara psikologis terdiri dari :
v Intelegensi
   Bakat/kemampuan khusus
v  Minat
v  Kepribadian
v  Motivasi
v  Edukasi
Jelaskan masing-masing aspek tersebut!
Jawab :
v  Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu
Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera diketahui lewat tes inteligensi.(sumber: iqeq.web.id)

v  Bakat
Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain. Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masihperlu dikembangka n atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan, pengetahuandan keterampilan khusus, bukan merupa kan manipulasi lingkungan sesudah anakdilahirkan. Misalnya kemampuan berbahasa, bermain musik, melukis, dan lainlain.Seseorang yang berbakat musik misalnya, dengan latihan yang sama denganorang lain yang tidak berbakat musik, akan lebih cepat menguasai keterampilantersebut.
John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberikan pengertiansebagai aktivitas atau tuga s tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu,perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmata n. Minat dapat menjadiindikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana ia akan termotivasiu ntuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi. Minat bersifategosentris karena perbedaa n minat pada setiap anak tergantung pada kebutuhandan apa yang dirasa menguntungkan bafi anak.
Psikolog Ver auli, M.Psi mengatakan minat dan bakat memiliki perbedaan. Menurutnya, bakatbersifat majemuk, dapat mencakup bakat musik, b erpikir logis matematis, interpersonal, intrapersonal, dan sebagainya. Sedangkan minat adalahkecenderungan seseorang untu k melakukan suatu aktivitas tertentu atau bisadisamakan dengan kesenangan, yang sifatnya bisa berubah ubah dan dapatdipengaruhi oleh lingkungan. Minat bisa merupakan dorongan dari naluri namunbisa p ula dorongan dari pemikiran yang disertai perasaan. Minat yang hanyamuncul dari dorongan perasaan tanpa pemikiran mudah berubah sesuai denganperubahan perasaannya.
Sumber : Faktor- faktor yang mempengaruhi pengembangan minat dan bakat anak http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2132780-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan/#ixzz1I4iBiu5L


Kepribadian
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. 
repository.usu.ac.id/bitstream/.../26926/.../Chapter%20II.pd... 

v  Motivasi
motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” yang artinya menimbulkan pergerakan. Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang kearah beberapa jenis tindakan (Haggard, 1989) dan sebagai suatu kesediaan peserta didik untuk menerima pembelajaran, dengan kesiapan sebagai bukti dari motivasi (Redman, 1993). Menurut Kort (1987), motivasi adalah hasil faktor internal dan faktor eksternal dan bukan hasil eksternal saja. Hal yang tersirat dari motivasi adalah gerakan untuk memenuhi suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu tujuan.
Setiap pimpinan perlu memahami proses-proses psikologikal apabila berkeinginan untuk membina karyawan secara berhasil dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran keorganisasian. Motivasi juga didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri individu berdasarkan mana dari berperilaku dengan cara te rtentu untuk memenuhi keinginan dan kebutuhanya. Adapun pemotivasian dapat diartikan sebagai pemberian motif-motif sebagai pendorong agar orang bertindak, berusaha untuk mencapai tujuan organisasional (Silalahi, 2002).

repository.usu.ac.id/bitstream/.../24885/.../Chapter%20II.pd...

v  Edukasi
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara memberi dorongan terhadap pengarahan diri (self direction), aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru (Craven dan Hirnle, 1996 dalam Suliha, 2002). Edukasi merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Setiawati, 2008).
repository.usu.ac.id/bitstream/.../24137/.../Chapter%20II.pd...

Aspek-aspek psikologi kerja adalah sebagai berikut :
Ø  Motivasi kerja
Ø  Kepuasan kerja
Ø  Seleksi dan penempatan pegawai
Ø  Pelatihan dan pengembangan
Ø  Produktivitas kerja
Ø  Stres kerja
Jawab :
Ø  Motivasi kerja
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Mangkunegara (2005,61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”. Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Evaluasi Kinerja. Bandung : Refika Aditam Robbbins  dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Buku 1 dan 2. Jakarta : Salemba Empat

Ø  Kepuasan kerja
Kepuasan kerja ( job satisfaction ) menyangkut sikap umum seorangindividu terhadap pekerjaannya. Seseorang denga tingkat kepuasan kerjatinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya itu (Robbins,2001). Wexley dan Yulk (1977) dalam Yaslis Ilyas (2002), kepuasan kerjaadalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Vroom (1964) dalamYaslis Ilyas (2002) menyatakan kepuasan kerja adalah refleksi dari sikap kerja(job attitude) yang bernilai positif. Sedangkan Handoko (2001) berpendapatbahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atautidak menyenangkan dimana para karyawan memandang pekerjaan mereka.Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya.



Ø  Pelatihan dan pengembangan
Pelatihan dan pengembangan merupakan kegiatan yang bermaksud memperbaikidan mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan, dan pengetahuan para karyawansesuai dengan keinginan perusahan. Proses pelatihan dan pengembangan dilaksanaknbaik bagi karyawan baru maupun lama.Secara teoritis istilah pelatihan (training) berbeda pengertian denganpengembangan (development). Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek bagi karyawan operasionaluntuk memperoleh keterampilan teknis opersional secarasistematis. Sedangkan pengembangan merupakan suatu proses pendidikan jangkapanjang bagi para karyawan manajerial untuk memperoleh penguasaan konsep-konsepabstrak dan teorotis secara sistematis

Ø  Produktivitas kerja
Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitanoutput dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap pegawai selama sebulan. Seorang pegawai dapat dikatakan produktiv apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan pegawai lain dalam waktu yang sama ( J. Ravianto, 1986 ).

Ø  Stres kerja
Menurut Anwar (1993:93) Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.
Yoder dan Staudohar (1982 : 308) mendefinisikan Stres Kerja adalah Job stress refers to a physical or psychological deviation from the normal human state that is caused by stimuli in the work environment. yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut berada.
Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, 2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu.
Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Jika seseorang / karyawan mengalami stres yang terlalu besar maka akan dapat menganggu kemampuan seseorang / karyawan tersebut untuk menghadapi lingkungannya dan pekerjaan yang akan dilakukannya(Handoko 1997:200)
Menurut Pandji Anoraga (2001:108), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Gibson dkk (1996:339), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan- perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan
atau fisik berlebihan kepada seseorang.
Beehr dan Franz (dalam Retnaningtyas, 2005 : 8), mendefinisikan stres kerjasebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atautegang karena pekerjaannya, tempat kerja atau situasi kerja tertentu

Ø  Definisi stres kerja menurut M organ & King  (1986) adalah suatu keadaanyang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dansituasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol.
Cooper  (1994) jugamengatakan bahwa stres kerja juga didefinisikan sebagai tanggapan atau prosesinternal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan pegawai

dan ini semua di tulis tangan :') 



Minggu, 25 November 2012

Contoh Penyakit Autoimun



Nama : Nizarifa Nadia Fathariq
NIM : 25010111140305
Kelas : E / 2011

ANTIPHOSPHOLIPID SYNDROME (APS)
            Adalah suatu keadaan autoimun  yang ditandai dengan produksi antibodi antiphospholipid dalam kadar sedang sampai tinggi dan dengan gambaran klinis tertentu seperti trombosis (vena maupun arteri termasuk stroke), trombositopenia autoimun dan abortus. Kemungkinan terjadinya APS lebih sering pada penderita dengan penyakit autoimun seperti SLE disebut APS sekunder, namun dapat pula terjadi pada wanita yang tidak mempunyai penyakit autoimun (APS primer).1, 3

Diagnosis

            Pemeriksaan laboratorium APS masih sulit dan membingungkan, kendalanya karena hanya sedikit laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan dengan kualitas yang baik. Pemeriksaan antibodi antiphospholipid dan lupus anticoagulant (LA) harus dilakukan bersama  berhubung karena hanya 20% penderita APS yang dengan lupus anticoagulant positif. Pada tahun 1987 telah dibuat kesepakatan pada International Anti-Cardiolipin Workshop mengenai interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium yang dilaporkan secara semikuantitatif dan dibagi menjadi, negatif, positif rendah, positif sedang dan positif tinggi. Pemeriksaan yang dilakukan adalah IgG aCL, IgM aCL dan IgA aCL. Mayoritas penderita APS mempunyai LA dan IgG aCL.1, 2
Beberapa peneliti memperkirakan bahwa LA dan aCL merupakan immunoglobulin yang sama yang dideteksi dengan metode pemeriksaan yang berbeda sebab mereka menemukan bahwa pada penderita APS ditemukan salah satu dari LA atau aCL namun tidak pernah menemukan keduanya bersamaan.1
Pemeriksaan lain yang ditawarkan saat ini adalah b2-glycoprotein I (b2-GPI) yang relevan dengan antigen aPL. Banyak peneliti saat ini meyakini bahwa aPL bekerja melawan glycoprotein ini atau lebih mungkin  terhadap glycoprotein ini dan phospholipid, namun belum ada bukti bahwa pemeriksaan ini mempunyai informasi diagnostik yang lebih baik dari pemeriksaan LA dan aCL.1-3
Tabel 2. Kriteria klinis untuk sindroma antiphospholipid (dikutip dari kepustakaan 4)

Kriteria diagnostik

Ditemukan satu atau lebih :
Thrombosis vena / arteri
Abortus berulang
Persalinan prematur sebelum 34 minggu yang berhubungan dengan preeklamsia atau PJT

Gambaran klinis lain

Trombositopenia dan anemia hemolititk
Livedo reticularis
Gangguan di otak khusunya epilepsi, infark otak, chorea dan migrain
Penyakit katup jantung khususnya katup mitral
Hipertensi
Hipertensi pulmonal
Ulkus di tungkai bawah

Risiko maternal
            Berbagai penelitian retrospektif memastikan adanya hubungan antara aPL dan trombosis vena  serta arteri. Kejadian trombosis vena berkisar 65-70% terutama pada ekstremitas bawah.1
            Ada hubungan yang kuat antara LA dan aCL dengan vaskulopathy desidua, infark plasenta, restriksi pertumbuhan janin, preeklamsia dini dan abortus berulang. Seperti pada lupus, penderita penyakit ini juga mempunyai insiden yang tinggi untuk terjadinya trombosis vena dan arteri, trombosis cerebral, anemia hemolitik, trombositopenia dan hipertensi pulmonal.2, 4
            Menurut Chamley (1997) kerusakan platelet mungkin disebabkan langsung oleh antibodi antiphospholipid, atau secara tidak langsug oleh ikatan antara antibodi ini dengan b2-glycoprotein yang menyebabkan platelet mudah mengalami agregasi. Agregasi in akan menyebabkan pembentukan trombus.2
            Data penelitian prospektif yang dilakukan di Universitas Utah menunjukkan insiden trombosis dan stroke pada ibu hamil dengan sindroma ini masing-masing 5% dan 12%. Pada penderita APS dengan kehamilan juga tampak peningkatan kejadian preeklamsia. Beberapa penelitan dilakukan untuk menentukan adanya antibodi antiphospholipid pada penderita preklamsia, pada satu penelitian tidak ditemukan hubungan antara antibodi antiphospholipid dengan kejadian preeklamsia sedang pada 4 penelitian yang lain ditemukan 11,7 – 17% penderita preeklampsia mempunyai kadar antibodi antiphospolipid yang bermakna.1, 3
           

Risiko janin

            Beberapa penelitan terdahulu memberi perhatian terhadap hubungan antara kematian janin  antara 10 –12 minggu dengan aPL, hasilnya lebih dari 90% wanita dengan APS dan kematian janin mempunyai paling sedikit 1 kali riwayat kematian janin.1, 3
            Akibat lain yang ditimbulkan oleh APS terhadap janin adalah gangguan pertumbuhan janin, bahkan pada penderita yang mendapat pengobatan. Kejadian gangguan perrtumbuhan janin pada bayi yang lahir hidup hampir mencapai 30%. Fetas distress juga relatif sering ditemukan pada APS, dan walaupun telah mendapat pengobatan, 50% janin yang dilahirkan oleh ibu penderita APS akan mengalami fetal distress. Demikian pula dengan persalinan prematur yang banyak ditemukan pada penderita APS, pada penelitian dengan jumlah sampel yang besar terhadap ibu hamil penderita APS yang telah diobati, sepertiganya melahirkan pada atau sebelum usia kehamilan 32 minggu 1

Penanganan

            Ibu hamil penderita APS harus kontrol tiap 2 minggu pada paruh pertama kehamilan dan tiap minggu sesudahnya. Pemeriksaan USG dilakukan tiap 3-4 minggu sejak kehamilan 17-18 minggu untuk memantau gangguan pertumbuhan janin, oligohidramnion dan  abnormalitas pada doppler arteri umbilikalis. Pemantauan kesejahteraan janin dilakukan sejak kehamilan 26-28 minggu.1, 2
            Dahulu pengobatan dilakukan dengan pemberian prednison dan aspirin dosis rendah namun pengobatan terkini adalah  pemberian heparin dengan berat molekul rendah dengan atau tanpa aspirin.1-3
            Risiko trombosis pada penderita APS mencapai 70%. Wanita dengan riwayat APS dan tromboembolisme sebelumnya mempunyai risiko yang sangat tinggi dalam kehamilan dan masa nifas dan perlu mendapat tromboprofilaksis antenatal berupa heparin dengan berat molekul rendah 40 mg per hari.4



DAFTAR PUSTAKA

1.         Branch D, Porter T. Autoimune disease. In: James D, Steer P, Weiner C, Gonik B, editors. High risk pregnancy management option. 2 nd ed. New York: W.B Saunders; 2000. p. 853-84.
2.         Cunningham F, MacDonald P, Gant N, Leveno K, Gilstrap L, Hankins Gea. Connective tissue disorders. In: Williams Obstetrics. 21 st ed. New York: McGraw Hill; 2001. p. 1383-99.
3.         Blinder M. Hematological diseases. In: Winn H, Hobbins J, editors. Clinical maternal-fetal medicine. 1 st ed. New York: Parthenon Publishing Group; 2000. p. 437-50.
4.         Letsky E. Coagulation defects in pregnancy and puerperium. In: Chamberlain G, Steer P, Breat G, Chang A, Johnson M, Neilson J, editors. Turnbull's obstetrics. 3 rd ed. London: Churchill Livingstone; 2001. p. 311-29.

Kamis, 22 November 2012

Outbreak Epidemiologi

Dengan tingkat imunisasi yang sudah cukup tinggi di Indonesia, mengapa masih terjadi outbreak pada herd immunity?



Kejadian Luar Biasa (KLB) ditetapkan apabila dalam periode yang sama dari tahun sebelumnya terjadi peningkatan kasus lebih dari dua kali lipat. KLB atau wabah terjadi bila banyak bayi dan balita tidak diimunisasi. Hal tersebut sudah terbukti di beberapa negara Asia, Afrika dan di Indonesia. Besar cakupan imunisasi dalam program imunisasi nasional merupakan parameter kesehatan nasional, semua jenis imunisasi harus mencapai lebih dari 80%. Namun pada kenyataannya, cakupan imunisasi belum memuaskan. Outbreak atau Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu dampak cakupan imunisasi yang tidak sesuai target.
KLB untuk penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi bisa terjadi karena cakupan imunisasi kurang dari yang diharapkan. Suatu penyakit bisa dicegah apabila cakupan 80% dari target. Cakupan imunisasi sebanding dengan penularan. Semakin banyak anak yang tidak diimunisasi maka semakin besar peluang terjadinya penularan. Cakupan yang tinggi akan mengurangi penularan.
Di Indonesia, cakupan rendah bisa terjadi karena berbagai faktor. Pertama masalah geografis. Di daerah pelosok akses pelayanan kesehatan masih minim termasuk imunisasi. Dihidupkannya posyandu diharapkan bisa menggapai kantong-kantong masyarakat yang tidak terjangkau. Kedua, anggapan bahwa jika anak batuk pilek tidak boleh imunisasi. Padahal, pilek atau batuk bisa saja akibat alergi dan bukan karena infeksi berbahaya. Faktor lain adalah kesadaran masyarakat karena minimn yapendidikan. Kebanyakan masyarakat tidak paham manfaat imunisasi. Edukasi diharapkan berkesinambungan, tidak boleh berhenti. Seorang dokter, bidan, atau perawat harus mengingatkan terus kepada pasien tentang jadwal imunisasi yang harus dilengkapi. Satu faktor penyebab lain adalah munculnya kelompok-kelompok anti vaksin. Ada juga kampanye bahwa ASI sudah bisa memberikan perlindungan.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah peningkatan jumlah kejadian penyakit infeksi lebih dari dua kali dibandingkan periode yang sama pada satu tahun sebelumnya. Apabila KLB terjadi pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya polio, campak, atau difteri; maka hal tersebut dapat diduga merupakan dampak dari ketidaksempurnaan program imunisasi, antara lain karena cakupan imunisasi yang rendah. Negara anggota yang tergabung dalam WHO SEARO bersepakat menerapkan program UCI (Universal Child Immunization) di mana pada tahun 2014, UCI desa harus mencapai > 80%. Artinya di setiap desa, anak-anak berusia di bawah 12 bulan, 80% harus sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Program ini tengah digalakkan pemerintah yang tahun ini mencanangkan Intensifikasi Imunisasi Rutin. Tujuann yaadalah mencapai MDGs poin ke-4 yaitu mengurangi 2/3 angka kematian anak.
 Karena pada dasarnya kekebalan kelompok (herd immunity) adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
1.      Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
2.      Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara
Jadi jika masih terjadi KLB, kita perlu lihat tentang cakupan imunisasinya. Apakah sudah terimunisasi dengan benar apa belum. Jika sudah, dapat juga disebabkan oleh faktor lain seperti dua contoh diatas.