Kejadian Luar
Biasa (KLB) ditetapkan apabila dalam periode yang sama dari tahun sebelumnya terjadi
peningkatan kasus lebih dari dua kali lipat. KLB atau wabah terjadi bila banyak
bayi dan balita tidak diimunisasi. Hal tersebut sudah terbukti di beberapa negara
Asia, Afrika dan di Indonesia. Besar cakupan imunisasi dalam program imunisasi
nasional merupakan parameter kesehatan nasional, semua jenis imunisasi harus
mencapai lebih dari 80%. Namun pada kenyataannya, cakupan imunisasi belum
memuaskan. Outbreak atau Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu dampak
cakupan imunisasi yang tidak sesuai target.
KLB untuk
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi bisa terjadi karena cakupan
imunisasi kurang dari yang diharapkan. Suatu penyakit bisa dicegah apabila
cakupan 80% dari target. Cakupan imunisasi sebanding dengan penularan. Semakin
banyak anak yang tidak diimunisasi maka semakin besar peluang terjadinya
penularan. Cakupan yang tinggi akan mengurangi penularan.
Di Indonesia,
cakupan rendah bisa terjadi karena berbagai faktor. Pertama masalah geografis.
Di daerah pelosok akses pelayanan kesehatan masih minim termasuk imunisasi.
Dihidupkannya posyandu diharapkan bisa menggapai kantong-kantong masyarakat
yang tidak terjangkau. Kedua, anggapan bahwa jika anak batuk pilek tidak boleh
imunisasi. Padahal, pilek atau batuk bisa saja akibat alergi dan bukan karena
infeksi berbahaya. Faktor lain adalah kesadaran masyarakat karena minimn
yapendidikan. Kebanyakan masyarakat tidak paham manfaat imunisasi. Edukasi diharapkan
berkesinambungan, tidak boleh berhenti. Seorang dokter, bidan, atau perawat
harus mengingatkan terus kepada pasien tentang jadwal imunisasi yang harus
dilengkapi. Satu faktor penyebab lain adalah munculnya kelompok-kelompok anti
vaksin. Ada juga kampanye bahwa ASI sudah bisa memberikan perlindungan.
Kejadian Luar
Biasa (KLB) adalah peningkatan jumlah kejadian penyakit infeksi lebih dari dua
kali dibandingkan periode yang sama pada satu tahun sebelumnya. Apabila KLB
terjadi pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya polio,
campak, atau difteri; maka hal tersebut dapat diduga merupakan dampak dari
ketidaksempurnaan program imunisasi, antara lain karena cakupan imunisasi yang
rendah. Negara anggota yang tergabung dalam WHO SEARO bersepakat menerapkan
program UCI (Universal Child Immunization) di mana pada tahun 2014, UCI
desa harus mencapai > 80%. Artinya di setiap desa, anak-anak berusia di
bawah 12 bulan, 80% harus sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Program
ini tengah digalakkan pemerintah yang tahun ini mencanangkan Intensifikasi
Imunisasi Rutin. Tujuann yaadalah mencapai MDGs poin ke-4 yaitu mengurangi 2/3
angka kematian anak.
Karena pada dasarnya kekebalan kelompok (herd
immunity) adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk
tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular
tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok
tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
1. Keadaan
kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika agent penyakit
infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah terpapar oleh agen
tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit menular yang sudah lama absen dalam
populasi tersebut.
2. Bila
suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat tertutup
dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orang-orang yang peka
terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex: Asrama mahasiswa/tentara
Jadi jika masih terjadi KLB,
kita perlu lihat tentang cakupan imunisasinya. Apakah sudah terimunisasi dengan
benar apa belum. Jika sudah, dapat juga disebabkan oleh faktor lain seperti dua
contoh diatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar